Kamis, 31 Oktober 2019

TEKS NARATIF





Si Ayam dan Angsa Putih



            Pada suatu hari di hutan yang rindang, hiduplah seekor ayam. Ia baru saja menetaskan 6 butir telur. Tapi yang anehnya satu telur ini berbeda dari lima telur lainnya. Telur ini lebih besar dan berwarna putih, sedangkan lima telur lainnya itu berwarna coklat dan ukurannya lebih kecil. Si induk ayam merasa bingung dengan kejadian ini. Tak lama kemudian telur-telur ini menetas, kecuali telur yang besar dan putih itu. Si induk ayam terus menunggu, hingga telur besar ini pun akhirnya menetas.

Induk ayam dan anak ayam lainnya lagi-lagi merasa aneh, pasalnya anak ayam yang satu ini menetas dengan bentuk yang lebih besar dan mempunyai leher dan kaki yang lebih panjang dari anak ayam lainnya. Perbedaan pun semakin mencolok saat mereka tumbuh besar. Anak ayam lainnya tumbuh dengan bulu berwarna kuning dan dengan tubuh yang mungil, sedangkan anak ayam yang berbeda ini tumbuh dengan bulu yang berwarna putih bersih dan tubuhnya lebih tinggi dari anak ayam lainnya.

“ Liat deh, itu dia kok beda banget ya dari kita?”, kata si ayam 3.
“ Gak tau aku juga, kok bisa gitu yaa..”, kata si ayam 2.

            Semua ayam di sana merasa iri dengan ayam yang berbeda ini, karena parasnya lebih cantik dan indah jika dibandingkan dengan ayam yang lainnya. Ayam-ayam itu selalu mengejek dan bersikap jahat kepada si bungsu ayam putih ini. Ayam putih merasa sangat sedih dan kesepian. Ia selalu bertanya kepada induk ayam, mengapa ia dilahirkan berbeda dengan ayam-ayam lainnya. Si induk ayam pun juga tidak tahu kenapa anaknya itu berbeda. 

            Hingga pada suatu hari, si bungsu ayam putih dan kakak-kakaknya sedang makan siang di pinggir danau. Mereka semua mencari makan di sekitaran danau itu. Karena tubuhnya yang tinggi dan juga mempunyai leher yang panjang, si bungsu selalu disuruh-suruh oleh kakaknya untuk mengambil makanan yang ada di danau, karena saking sibuknya melayani mereka, si bungsu ayam putih ini sampai tidak sempet makan siang.

“ Ayo cepet cari makanannya..! ”, kata si ayam 1 (kakak pertama).
“ Tau nih, lama banget sih!! Kan kita udah laper tau”, kata si ayam 2 (kakak kedua).
“ iya kak ”, kata si bungsu ayam putih.
“ Jangan iya iya doang! Kamu tuh anak terakhir, jadi kamu harus ngelayanin kita sampai kita semua kenyang”,  kata ayam 3.
“ iya kak...”, kata ayam putih yang mukanya pucat karena kecapean. 

Karena saking kecapeannya, si ayam putih makin lama semakin lambat untuk melayani kakak kakaknya. Si ayam 1 geram dengan lambatnya si ayam putih itu. Lalu, si ayam 1 nyebur ke danau untuk mengambil makanannya sendiri. Ia lupa kalau kakinya lebih pendek dan tubuhnya lebih kecil dari si ayam putih. Belum sampai ke tengah danau, si ayam 1 ini sudah engap-engap karena ia harus jinjit supaya tidak tenggelam di danau. Ia tidak tau kalau danau itu penuh dengan lumut-lumut di dalemnya. Ia pun kepeleset karena menginjak lumut itu dan ia terjatuh. Ia meminta tolong kepada ayam-ayam lainnya untuk membantunya ke tepi danau. Tetapi mereka tidak ada yang mau menolongnya, karena mereka juga takut tenggelam di danau itu.

“ Tolong, tolong aku…”, kata ayam 1.
“ Aduh aku gak berani nolongin kamu, aku juga takut tenggelam” kata ayam 4.
“ Iyaaa, aku juga gak bisa berenang untuk nolongin kamu..”, kata ayam 5.
“ Tolooong…toloooooong…”, kata ayam 1 sambil terus teriak minta tolong.

            Melihat kejadian itu, si ayam putih langsung menghampiri kakak pertamanya (ayam 1) untuk menolongnya. Ia langsung memegang tubuh kecil kakaknya itu, lalu menariknya ke tepi danau. Dengan khawatir ayam putih itu bertanya ke kakaknya,

“ Kak, kamu gak gapapa kan?”, kata ayam putih.
“ Iya aku gapapa kok, maafin kakak ya dek. Selama ini kakak sudah jahat kepada kamu”, kata ayam 1.
“ Iya kak, aku sudah memaafkan kakak”, kata ayam putih.

            Ayam-ayam yang lainnya pun terdiam saat melihat si bungsu ayam putih menolong kakak pertama mereka. Mereka semua heran, mengapa si ayam putih mau menolongnya. Padahal ia sudah sering di hina dan di bully. Mereka semua juga takut dimarahi oleh kakak pertamanya itu karena mereka tidak bisa menolongnya. Dengan perasaan yang takut mereka semua meminta maaf ke kakak pertamanya itu.


“ Kak, maafin kita ya kak..kita gak bisa nolongin kakak”, kata ayam-ayam itu.
“ Kalian semua itu gak berguna banget jadi adek, lihat nih adek bungsu kita. Dia yang selalu kita hina dan kita bully, dia masih mau menolong aku yang hampir tenggelam tadi”, kata ayam 1.
“ Sudah kak sudah, tidak apa-apa. Mereka tidak salah kok kak. Hanya saja mereka takut tenggelam, bukan berarti mereka tidak mau menolong kakak”, pembelaan dari si ayam putih.

            Mendengar pembelaan dari si bungsu, kakak-kakaknya pun merasa bersalah. Dan mereka semua meminta maaf kepada si bungsu ayam putih itu. Sejak kejadian itulah mereka saling tolong menolong, tidak lagi menghina dan membully si bungsu ayam putih. Si ayam putih itu pun juga akhirnya mengetahui bahwa ia sebenernya bukanlah anak dari si induk ayam.

Ia adalah seekor angsa putih, yang saat itu telurnya hilang dari si induk angsa. Si induk angsa pun telah mencarinya, tetapi tidak ketemu sampai suatu hari si induk angsa itu bertemu dengan si induk ayam. Pada saat itu si induk ayam bercerita mengenai anaknya yang berbeda bentuk dengan dirinya dan juga anak-anak nya yang lain. Mendengar cerita dari si induk ayam itu, induk angsa pun merasa curiga bahwa anak yang berbeda dari induk ayam itu adalah anaknya yang selama ini ia cari-cari. Dan benar saja saat mereka dipertemukan, terlihat dari bentuk badan dan warna bulu yang sama dengannya. 

Kemudian, angsa putih itu pun kembali ke induknya setelah sekian lama terpisah. Walaupun si angsa dan ayam-ayam itu tidak lagi tinggal serumah. Tetapi mereka tetap selalu bermain bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar